Dasar pertama tentunya mencontoh model pembelajaran tradisi, disiplin ketat pengajaran prinsip Budaya Tionghua, terutama mengikuti 5 aturan moral (bakti, bajik, adil, bijaksana dan menjadi orang yang bisa dipercaya) serta 8 aturan kebajikan. Kebetulan perjalanan ke Taiwan mendapat kesempatan yang baik memulai pelajaran fundamental membaca landform, baik bangunan modern maupun kontur pegunungan, mencari sumber datangnya Qi, gunung, air, perlindungan naga hijau-macan putih, tehnik pengukuran relatif terhadap jarak, aplikasi trigonometri (ilmu ukur sudut), posisi kepala naga, kaki naga lapisan pertama-kedua-ketiga, mencari kepala naga/jantung naga, interpretasi berbagai bentuk dan image gunung serta pengaruhnya terhadap alternatif titik-titik lokasi yang paling pas.
Fakta penguasaan Feng Shui yang lebih penting bagi praktek diri sendiri sebagai penyokong dalam karir atau bisnis, Sehingga memberikan kemanfaatan keturunannya dari ke generasi selalu bertahan hidup pada tingkatan kelompok menengah ke atas sampai sekarang. sangat berkebalikan dari kepercayaan umum, bahwa kebanyakan master yang telah menguasai ilmu Feng Shui/Di Li Shi mewariskan ilmunya kepada murid/keturunannya yang melanjutkan sebagai praktisi.
Tanggung jawab generasi kedua biasanya berfokus pada praktek untuk memajukan bisnis atau karir sambil menurunkan ke anaknya lagi. Pekerjaan sampingannya hanyalah melayani klien yang diwariskan orang tuanya, jarang sekali yang melanjutkan profesi sebagai praktisi, karena profesi ini termasuk membuka rahasia langit; mengubah keberuntungan karma orang lain yang berdampak kepada keberuntungan sendiri yang menjadi hanya biasa-biasa saja. Kecuali murid Feng Shui yang tidak berkeluarga seperti Taois atau Biksu barulah berprofesi penuh.
Dari gambaran diatas mudahlah dipahami, bila anda mendengar bahwa seseorang mengaku keturunan ahli Feng Shui praktek yang bagus, sesungguhnya lebih banyak karangannya sendiri.
Seorang ahli Feng Shui yang mengikuti tradisi atau lineage keturunan tidak boleh menempelkan emas dimuka sendiri atau dengan kata lain memproklamasikan diri adalah pewaris ilmu dari guru kenamaan tertentu, dia harus mengandalkan kemampuannya sendiri membangun basis klien yang sukses, sehingga dari klien yang puas akan mereferensikan ke relasi atau keluarga lainnya.
Klaim lineage ilmu hanya berasal dari introduksi gurunya (mewarisi klien gurunya atau orang tuanya), atau setelah dia sudah tidak melayani umum lagi karena pensiun atau hanya melayani konsultasi tetap beberapa konglomerat yang mempercayai keahliannya.
Sebagai contoh master terkenal jaman dahulu sampai sekarang seperti Yang Yun Song, Zeng Wen Tian, Liaw Yu, Liau Jin Jing, Lai Bo Yi, Jiang Da Hong, dan lain-lainnya hampir tidak dikenal publik keturunannya menjalani praktek, barulah beberapa generasi berikutnya muncul. Diantaranya Liau Jin Qing keturunan Liau Jin Jing sebagai Guoshi/Koksu kaisar Yong Le (dinasti Ming -600 tahun sesudahnya), Zeng Zi Nan (keturunan Yang Gong – Zeng Wen Tian hampir 1300 tahun), pertengahan 1900 muncul berprofesi sebagai ahli Feng Shui, serta barulah dikenal khalayak ramai kepakarannya setelah salah seorang kliennya Wang Yong Qing (orang terkaya Taiwan tahun 1990 an) serta setelah pensiun barulah orang-orang sibuk mengoleksi buku-buku Feng Shui karangannya, ada lagi keturunan lainnya yang selalu menjadi keluarga hartawan, bahkan dengan perkembangan ekonomi dunia sekarang menjadi bagian dari konglomerat di Tiongkok, Taiwan, Hongkong. Itulah esensi terpenting pemanfaatan ilmu Feng Shui dari generasi ke generasi. Bagi penulis sebagai pionir bagi kelima anak untuk merencanakan masa depan dan keturunan selanjutnya.
