Setelah upacara pemasangan pintu tanggal 17 Maret lalu, tanggal 18 Maret jam 15.00 di restoran di Jimbaran ini, klien berencana negosiasi pembelian tanah seluas 1200 m (12 are-sebutan di bali), dengan penjual harga fix 3,5 jt per m utk 600 m depan dan 3 jt per m utk 600 m di belakang, utk menambah area proyeknya. Saat pembicaraan penjual ngotot tidak mau turunkan harga. Klien sebenarnya sangat minat dan tidak terlalu masalah dengan harga.
Cuma penulis dengar dari samping ada sedikit beda pendapat. Setelah calon penjual pulang. Klien menanyakan kepada penulis, kalau tidak beli tanah utk akses jalan ada masalah tidak.
Penulis memberi pendapat, karena formasi sudah dapat dan dapat akses jalan belakang. Tidak terlalu perlu beli tanah ini.
Ternyata saat pulang klien ketinggalan pesawat pulang Surabaya, dan terpaksa menginap kembali di Denpasar.
Esoknya klien telpon penulis, nyatakan aneh pembeli dimarahi penjual. Penulis jelaskan lebih lanjut ini mungkin hikmah hari baik, yang membatalkan transaksi.
Akhirnya klien tidak jadi beli.
Saat makan tadi di Jimbaran, klien cerita lagi penjualnya memohon-mohon klien dengan menurunkan harga jadi 2,5 jt per m. Mungkin bahkan lebih murah lagi karena bisa negosiasi lagi. Sudah 2 bulan lewat belum terjual. Cerita sopir yang mengantar, si penjual memarahinya dan minta tolong usahakan jual, dan menyumpahi mobilnya terbalik????
Inikah efek hari baik dan jam baik negosiasi keputusan penting?